Pada masa kuliah, terdapat sahabat yang mengalami kekerasan dalam berpacaran, sebut saja dengan A. Pada saat awal, A menjalani hubungannya dengan pacar yang over protektif. Dirinya menganggap hal ini masih dalam taraf wajar dan juga sebagai ungkapan sayang. Selanjutnya, yang terjadi adalah kontak bbm yang dihapus oleh pacarnya, menghapus pertemanan di Facebook dan Twitter dengan alasan cemburu. Hingga sampai pada tingkat pemukulan dan pelecehan, A baru sadar bahwa hal ini tidak baik untuk dilanjutkan. Terdapat kalimat, cinta itu buta, membutakan apa yang salah dan benar dalam sebuah hubungan. Seperti itulah yang dirasakan A saat menjalani hubungannya. Bersyukurnya, A masih mau terbuka untuk bercerita pada sahabat dan kakak KTBnya. Dengan adanya nasihat, mencari jawaban melalui doa, dan sharing KTB akhirnya A bisa lepas dari pasangannya. Tetapi belum berakhir di situ, dampak awal yang dirasakan A adalah menurunnya rasa percaya diri.
Keterbukaan merupakan awal dari pemulihan. Ada baiknya untuk menceritakan apa yang menjadi beban pikiran. Anda dapat memulainya dengan memilih seseorang yang anda percaya dan nyaman untuk menjadi tempat anda bercerita, bisa teman dekat, sahabat, pacar atau orang tua yang menurut anda akan dapat mendengarkan. Disamping itu hal ini juga berguna agar orang lain dapat memahami anda.
Bila dirasa kurang membantu dalam menemukan solusi, anda dapat menemui tenaga profesional yang bergerak di bidang Konseling atau Psikologi. Sebagai contoh, untuk kasus seperti A yang sudah mencakup kekerasan dan pelecehan seksual ada baiknya untuk menemui Konselor atau Psikolog yang dapat membantu menemukan diri anda kembali. Kekerasan dan pelecehan seksual dapat terjadi bagi siapa saja dan dimana saja. Korban yang paling sering diberitakan melalui media merupakan wanita. Tapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada pria. Menurut situs Vemale, jika individu pernah mengalami kekerasan seksual maka disarankan untuk menemui ahli psikologi dan konseling. Saat seorang wanita mengalami kekerasan dan pelecehan secara seksual maka akan cenderung tidak stabil kondisi mental dan pikirannnya.
Selain itu, mengapa perlu untuk melakukan konseling? Hal ini akan berdampak pada pemikiran realistis melalui proses self awareness dan self discovery. Anda akan dituntun untuk kembali mengerti dan menemukan kembali diri anda, apa yang diinginkan, dan akhirnya akan memiliki keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang anda perlukan untuk mengatasi persoalan dan semangat dengan memiliki kepercayaan diri. Konseling dilakukan percakapan kondusif kepada ahlinya secara terbuka dan teratur untuk menyadari apa yang terjadi dalam diri anda, apa yang menyebabkan anda merasa berpikir demikian dalam menjalani hidup. Konseling akan memperjelas individu mengenai kualitas kehidupan yang ingin dicapai.
Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Jangan dipendam dalam hati atas hal buruk yang dilakukan orang lain, karena akan merugikan diri sendiri. Sebaiknya Anda tidak mengotori hati dengan dendam dan penyesalan tetapi segera meminta pertolongan kepada orang lain dengan mulai bercerita. Karena dendam dapat menjadi sampah dalam diri Anda yang akan menimbulkan kesakitan yang akan semakin mengakar bila dibiarkan. Seperti yang tertulis di 1 Korintus 10:13, "Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar". Ada baiknya Anda untuk bertemu dengan para ahli di bidang psikologi atau konseling untuk anda dapat mencapai jalan keluar dan menemukan solusi. Saat ini sudah banyak jasa yang menyediakan konseling profesional atau melalui Gereja dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Baca juga :
Menyiasati Anggaran Kecil Untuk Buah dan Sayur
Mewaspadai 4 Penyebab Anoreksia Seksual
Sepatu Dahlan, Perjuangan Bocah Hadapi Kemiskinan
Wally, Sopir Taksi dengan Layanan Limosin
Memperbaiki Diri Jadi Single Berkualitas Tinggi
Sumber : Vemale/KonselingKeluarga by Rere